YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 05 Juli 2015

Kepada Kamu

Ibarat aku adalah sebuah tulisan, maka kau ialah apa-apa.

Kau adalah huruf kapital, yang mengawali, yang ada pada detak detik penting, simbolik.

Kau juga huruf kecil, selalu ada melekat dekat awal, tak jarang juga dekat penghabis hari, penghabis kalimat, mengiringi tulisan dengan sabar karena kamu tahu tanpa dirimu, huruf-huruf besar akan jadi tak bermakna. Aku kelak tanpa makna.

Jangan lupa koma, kau adalah dia. Dia, koma yang memberi jeda tenang pada tulisan panjang, jeda tenang penjelas makna--arti-arti yang semayam di dalam kata--segala makna, jeda tenang pelanjut apa yang tak menghabis; momen-momen kita.

Momen yang biasanya berakhir dalam tanda tanya. Oh, itu juga kau: tanda tanya. Pengakhir momen yang paling skeptis, benarkah habis atau tak habis. Tanda tanya tanda yang bengis sekaligus manis. Meski tanya demi tanya selalu ada usai sehari dan sehari dan sehari, namun kita mendalaminya bersama. Mendalami sebuah jawaban, entah ada atau tiada. Dan lagi ini membuatku bertanya; apakah jawaban atas segala pernah ada--setidaknya bagi kita? Tapi kemudian, keindahan kilat tak pernah pada di mana dia jatuh, sayang. Namun, lekat di kelok cahaya kilat zigzag yang menebar kagum pada segelintir kita.

Setelah segala datar, koma, dan turun itu, kamu juga adalah tanda seru. Bukan perintah, aku lebih suka menyebutnya seru. Sebuah tanda yang akan selalu dibaca dengan intonasi naik. Kau tak membiarkan aku (dan kita, mungkin) mendatar terus condong turun. Kau memberikan sensasi, angin yang datang cepat menakjubkan tak terlupakan. Tapi sesungguhnya, kau adalah segala angin, angin lembut angin kencang angin brutal angin penghancur angin pengawal. Dan kalaupun sebagai angin kau hanya berdiam, kau tetap segalanya.

Titik. Aku yakin kau juga titik. Menutup manis, menutup tangis, menutup gembira, menutup amarah. Menyelesaikan tulisan apapun yang digelut perasaan.Titik bukan berarti akhir, selalu ada titik-titik lain. Titik lain yang jadi akhir dari tulisan lain. Tulisan yang tak akan habis, kurasa, selama aku mengharapkannya. Selama kita mengharapkannya. Sepanjang kita mengusahakannya. Lihat? Bukanlah titik yang mengakhiri tulisan. Tapi adalah kita.

Kau adalah segala, keteraturan dan ketidakteraturan dalam tulisan. Kenyataan yang membuatku memikirkan kemungkinan. Juga ilusi yang membuatku meragukan kepastian. Dan sekalipun kau adalah bukan apa-apa; aku tetap mencintaimu, nyata atau maya. Siapa yang peduli dengan nyata maya?

Namun, aku bisa menjamin satu hal, hanya sebuah kepastian dari sekian perkiraan ribuan pertanyaan dan ketakpastian; perasaan ini ada.

Teruntuk dirimu yang kupanggil Harta Berharga, Schatz.

05.07.2015

Di sebuah kamar dengan adik laki-laki berbaring risih dengan permainannya.